BEBERAPA PERJALANAN KE PLANET-PLANET
ATAU BULAN
Neil Armstrong
Neil Alden Armstrong
(lahir di Ohio,
Amerika
Serikat, 5 Agustus 1930 – meninggal
25 Agustus
2012 pada umur 82 tahun)
adalah seorang astronot, pilot uji coba, teknisi penerbangan, profesor universitas, dan Penerbang
Laut Amerika Serikat. Ia merupakan orang pertama yang berjalan di Bulan. Sebelum
menjadi astronot, Armstrong adalah perwira Angkatan Laut Amerika Serikat dan pernah
berdinas di Perang Korea. Pascaperang, ia menjadi pilot uji
coba di Stasiun Penerbangan Kecepatan Tinggi Komite
Penasihat Penerbangan Nasional, sekarang Pusat
Penelitian Penerbangan Dryden, tempat ia mencatatkan hampir 900
penerbangan. Ia lulus dari Universitas Purdue dan menyelesaikan studi
sarjananya di Universitas California Selatan.
Sebagai
peserta program penerbangan
antariksa manusia Man In Space Soonest Angkatan Udara Amerika Serikat
dan X-20 Dyna-Soar, Armstrong bergabung dengan
Korps Astronot NASA tahun
1962. Penerbangan antariksa pertamanya adalah misi Gemini 8 NASA tahun
1966, yang saat itu ia menjadi pilot komandonya dan menjadi warga negara A.S.
pertama di luar angkasa.[1]
Pada misi ini, ia melakukan perapatan dua wahana antariksa berawak pertama
bersama pilot David Scott.
Penerbangan
antariksa kedua dan terakhir Armstrong adalah sebagai komandan misi pendaratan
bulan Apollo 11
bulan Juli 1969. Pada misi ini, Armstrong dan Buzz Aldrin
turun ke permukaan bulan dan menghabiskan 2½ jam menjelajahi Bulan, sementara Michael
Collins tetap di orbit di dalam Modul Komando. Armstrong dihadiahkan
Medali
Kebebasan Presiden oleh Presiden Richard Nixon
bersama Collins dan Aldrin, Medali
Kehormatan Antariksa Kongres oleh Presiden Jimmy Carter
tahun 1978, dan Medali Emas Kongres tahun
2009. Pada tanggal 25 Agustus 2012, Armstrong meninggal dunia di Cincinnati,
Ohio,pada usia 82 tahun akibat komplikasi dari penyumbatan arteri
korner.
Karier astronot
Pembagian
tugas kru Gemini 8
diumumkan tanggal 20 September 1965, dengan Armstrong sebagai Pilot Komando dan
David Scott sebagai Pilot. Scott adalah anggota pertama kelompok ketiga
astronot yang menerima tugas awak tertinggi. Misi tersebut diluncurkan tanggal
16 Maret 1966; misi ini merupakan yang paling rumit, dengan pertemuan kembali
dan perapatan dengan kendaraan target Agena
yang tidak berawak, aktivitas
luar kendaraan Amerika kedua oleh Scott. Totalnya, misi ini
direncanakan berlangsung selama 75 jam dan 55 orbit. Setelah Agena lepas landas
pukul 10 am EST, Titan II
yang mengangkut Armstrong dan Scott meluncur pukul 11:41:02 EST, menempatkan
mereka di orbit yang tepat untuk mengejar Agena.
Pertemuan
kembali dan perapatan pertama antara kedua wahana antariksa berhasil
diselesaikan setelah 6,5 jam di orbit. Kontak dengan awak terganggu karena sedikitnya
stasiun pelacak yang mencakup seluruh orbit mereka. Akibat kehilangan kontak
dengan awak darat, pesawat yang merapat ini mulai berguling, dan Armstrong
bersaha membetulkannya dengan
Orbital
Attitude and Maneuvering System (OAMS) di pesawat Gemini. Mengikuti
saran Mission Control sebelumnya, mereka melepaskan diri, namun merasakan gulingan
semakin kencang sampai-sampai mereka sempat berputar sekali per detik, yang
berarti masalahnya ada di kendali perilaku Gemini. Armstrong memutuskan
satu-satunya tindakan adalah menyalakan Reentry Control System (RCS) dan
memadamkan OAMS. Aturan misi menyatakan bahwa setelah sistem ini dinyalakan,
pesawat harus masuk kembali ke Bumi pada kesempatan memungkinkan selanjutnya.
Kelak diketahui bahwa kerusakan kabel mengakibatkan salah satu mesin pendorong
macet pada posisi nyala.
Selama
menjadi astronot, ada sejumlah orang, terutama Walter Cunningham, yang
menyatakan secara terbuka bahwa Armstrong dan Scott mengabaikan prosedur
malafungsi untuk insiden seperti itu, dan bahwa Armstrong mampu membatalkan
misi apabila ia hanya menyalakan satu dari dua cincin RCS, sehingga bisa
melakukan tugas misi dengan cincin sisanya. Kritik ini tidak berdasar; tidak
ada prosedur malafungsi dan sangat memungkinkan untuk menyalakan kedua cincin
RCS, bukan satu saja. Gene Kranz menulis, “awak
bertindak seperti yang dilatih, dan mereka salah bertindak karena kami salah
melatih mereka”. Para perencana dan pengendali misi gagal mewujudkan bahwa
ketika dua wahana dirapatkan bersama, mereka harus dianggap satu wahana.
Armstrong
sendiri depresi karena misi tersebut dipotong, sehingga membatalkan sebagian
besar tugas misi dan memberhentikan Scott dari tugas EVA. Tugas awak terakhir
untuk Armstrong selama program Gemini adalah sebagai Pilot Komando cadangan
untuk Gemini 11,
diumumkan dua hari setelah pendaratan Gemini
8. Setelah dilatih untuk dua penerbangan, Armstrong sudah agak mengerti
sistemnya dan lebih mendalami peran pengajarnya for the rookie backup Pilot, William Anders. The launch
was on September 12, 1966 bersama Pete Conrad dan Dick Gordon di
dalam wahana, yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas misi, sementara Armstrong
menjadi CAPCOM-nya. Setelah
penerbangan tersebut, Presiden Lyndon B.
Johnson meminta Armstrong dan istrinya ikut dalam tur jasa baik
selama 24 hari di Amerika Selatan. Dalam tur ini, yang berhenti di 11 negara
dan 14 kota besar, ikut pula Dick Gordon, George Low, istri-istri
mereka, dan pejabat pemerintahan lainnya. Di Paraguay, Armstrong membuat
pejabat setempat terkesan karena menyambut mereka dengan bahasa setempat, Guarani; di Brasil ia
berbicara tentang eksploitasi Alberto Santos-Dumont
kelahiran Brasil, yang dianggap mengalahkan Wright
bersaudara dengan mesin terbang pertamanya, 14-bis
Program Apollo
Tanggal
27 Januari 1967, tanggal kebakaran Apollo 1, Armstrong
sedang berada di Washington, D.C., bersama Gordon Cooper, Dick Gordon, Jim Lovell dan Scott Carpenter untuk
penandatanganan Traktat Luar Angkasa PBB. Para astronot
mengobrol bersama para pejabat yang hadir sampai pukul 18:45 saat Carpenter
berangkat ke bandara, dan lainnya pulang ke Georgetown Inn, ketika
masing-masing mereka mendapat pesan untuk menghubungi Manned
Spacecraft Center. Selama panggilan telepon tersebut mereka
mengetahui perihal kematian Gus Grissom, Ed White dan Roger Chaffee. Armstrong
dan kelompoknya menghabiskan malam itu dengan minum scotch dan berdiskusi
tentang apa yang terjadi.
Pada
tanggal 5 April 1967, hari yang sama saat investigasi Apollo 1 merilis laporannya mengenai kebakaran tersebut,
Armstrong bergabung dengan 17 astronot lainnya untuk pertemuan dengan Deke
Slayton. Kata-kata yang pertama Slayton lontarkan adalah, “Orang-orang yang
akan menerbangkan misi bulan pertama adalah orang-orang di ruangan ini.”
Menurut Eugene Cernan, Armstrong tidak bereaksi
terhadap pernyataan tersebut. Bagi Armstrong, itu bukanlah kejutan – ruangan
tersebut dipenuhi veteran Proyek Gemini, orang-orang yang mampu menerbangkan
misi bulan. Slayton berbicara tentang misi-misi selanjutnya dan menempatkan
Armstrong ke awak cadangan Apollo 9, yang pada
tahap tersebut direncanakan sebagai uji orbit menengah Bumi untuk
gabungan Lunar Module–Command/Service
Module. Setelah penundaan desain dan pembuatan Lunar Module (LM), Apollo 9 dan Apollo 8 bertukar awak.
Berdasarkan skema rotasi awak normal, Armstrong akan memimpin Apollo 11.
Untuk
memberikan pengalaman pada astronot tentang bagaimana LM akan terbang pada
pendaratan pertamanya, NASA mempekerjakan Bell Aircraft
untuk membangun dua Lunar Landing Research Vehicle,
yang kemudian dilengkapi dengan tiga Lunar Landing Training Vehicles (LLTV).
Dijuluki “Flying Bedsteads“, mereka
membuat simulasi gravitasi Bulan yang hanya seperenam Bumi menggunakan mesin turbofan
untuk membantu sisa lima per enam bobot wahana. tanggal 6 Mei 1968, sekitar
100 kaki (30 m) di atas tanah, kendali Armstrong mulai menurun dan
LLTV mulai belok. Ia melontarkan diri dengan selamat (analisis selanjutnya
menyatakan bahwa apabila ia melontarkan diri 0,5 detik lagi, parasutnya takkan
terbuka tepat waktu). Cedera yang dialaminya hanya akibat menggigit lidah
sendiri. Meski ia hampir tewas, Armstrong bersikeras bahwa tanpa LLRV dan LLTV,
pendaratan bulannya tidak akan berhasil, dan mereka memberi pengalaman berharga
kepada para komandan mengenai perilaku wahana pendaratan bulan.
Setelah
Armstrong menjadi komandan cadangan Apollo 8,
Slayton menawarkan jabatan komandan Apollo
11 pada 23 Desember 1968, saat Apollo
8 mengorbit Bulan. Dalam pertemuan yang tidak dipublikasikan sampai
penerbitan biografi Armstrong tahun 2005, Slayton memberitahunya bahwa meski
rencana awak wahana menyebut Armstrong sebagai komandan, pilot modul bulan Buzz
Aldrin dan pilot modul komando Michael Collins, ia menawarkan kesempatan untuk
mengganti Aldrin dengan Jim Lovell. Setelah berpikir seharian, Armstrong
memberitahu Slayton ia akan tetap bersama Aldrin, karena tidak mengalami
kesulitan bekerja dengannya dan mengira Lovell pantas mendapat tugas komandonya
sendiri. Mengganti Aldrin dengan Lovell akan menjadikan Loevll Pilot Modul
Bulan, secara tidak resmi anggota berpangkat terendah, dan Armstrong tidak
dapat menempatkan Lovell, komandan Gemini 12, pada
jabatan awak nomor 3.
Pada
pertemuan bulan Maret 1969 antara Slayton, George Low, Bob Gilruth, dan Chris Kraft
menentukan bahwa Armstrong akan menjadi orang pertama di Bulan, terutama karena
manajemen NASA memandang Armstrong sebagai sosok yang tidak berego besar.
Sebuah konferensi pers digelar tanggal 14 April 1969 yang menampilkan rancangan
kabin LM sebagai alasan Armstrong sebagai orang pertama; palka dibuka ke dalam
dan ke kanan, sehingga sulit bagi pilot modul bulan, di sebelah kanan, untuk
keluar pertama. Slayton menambahkan, “Kedua, murni berdasarkan protokol, saya
melihat komandan harus menjadi orang pertama yang keluar… Saya mengubahnya
sesaat setelah mengetahui mereka punya garis waktu yang memperlihatkannya. Bob
Gilruth menyetujui keputusanku.” Pada pertemuan tersebut, keempat orang ini
tidak tahu menahu perihal palka wahana. Informasi pertama tentang pertemuan di
luar kelompok kecil ini muncul ketika Kraft menulis autobiografinya tahun 2001.
Pada tanggal 16 Juli 1969, Armstrong menerima sebuah bulan sabit terbuat dari stirofoam
dari pimpinan pad, Guenter Wendt, yang
menyebutnya sebagai kunci menuju Bulan. Sepulang dari sana, Armstrong memberi
Wendt tiket “taksi luar angkasa” “bagus untuk bepergian antara dua planet”
Perjalanan ke Bulan
Pada
peluncuran Apollo 11,
denyutan jantung Armstrong mencapai 110 per menit. Ia menganggap tahap pertama
adalah yang paling ribut – lebih ribut daripada peluncuran Gemini 8 Titan II – dan
Apollo CSM relatif lebih luas ketimbang kapsul Gemini. Kemampuan bergerak bebas
ini diduga menjadi alasan mengapa tak satupun awak Apollo 11 menderita mabuk luar
angkasa, sementara anggota awak-awak sebelumnya mabuk angkasa.
Armstrong sangat senang, karena ia sudah biasa mengalami mabuk gerakan sejak kecil
dan mengalami pusing
setelah melakukan berbagai macam aerobatik. Tugas Apollo 11 adalah mendarat dengan
selamat alih-alih mendarat pas di satu titik tertentu. Tiga menit setelah roket
bulan turun, Armstrong mengetahui bahwa kawah-kawah berlalu dua detik terlalu
cepat, yang berarti Eagle akan
mendarat mendahului zona pendaratan yang direncanakan sejauh beberapa
mil.Setelah radar
pendaratan Eagle mencapai
permukaan, sejumlah alarm kesalahan komputer menyala. Pertama adala alarm kode 1202, dan bahkan dengan
pelatihan yang ekstensif, baik Armstrong atau Aldrin tidak tahu apa maksud kode
ini. Mereka sempat menerima pesan dari CAPCOM di Houston bahwa alarm tersebut
bukan masalah; alarm 1202 dan 1201 diakibatkan oleh kelebihan tugas pada komputer
modul bulan. Seperti kata Buzz Aldrin dalam dokumenter In the Shadow
of the Moon, keadaan kelebihan tugas ini diakibatkan oleh
pilihannya sendiri yang kontra daftar tugas untuk meninggalkan radar perapatan
selama proses pendaratan, sehingga komputer perlu memproses data radar yang
tidak perlu dan tidak punya cukup waktu untuk mengeksekusi semua tugas, dan
mengabaikan tugas berprioritas rendah. Aldrin menyatakan bahwa ia melakukan hal
tersebut dengan tujuan memfasilitasi perapatan kembali dengan CM jika terjadi
pembatalan, tanpa mengetahui akan terjadi kondisi kelebihan tugas
Ketika
Armstrong mengetahui mereka terbang menuju kawasan pendaratan yang ia anggap
tidak aman, ia mengambil alih kendali manual LM, dan berusaha mencari daerah
yang agak aman, lebih lama daripada yang diperkirakan, dan lebih lama daripada
beberapa simulasi yang dilakukan.Karena itu, muncul kekhawatiran dari Mission
Control bahwa LM terus kehabisan bahan bakar.Setelah mendarat, Aldrin dan
Armstrong percaya bahwa mereka punya bahan bakar untuk 40 detik selanjutnya,
termasuk 20 detik yang harus dihemat andai terjadi pembatalan. Saat latihan,
Armstrong mendaratkan LLTV dengan sisa bahan bakar 15 detik , dan ia juga yakin
LM mampu bertahan jika dijatuhkan vertikal dari ketinggian 50 kaki (15 m) jika perlu. Analisis
pascamisi memperlihatkan bahwa saat mendarat, masih ada sisa pembakaran selama
45 sampai 50 detik.
Pendaratan
di permukaan bulan terjadi pukul 20:17:39 UTC tanggal 20 Juli 1969. Ketika sebuah
sensor yang terpasang dengan kaki Modul Bulan yang masih mengambang bersentuhan
dengan bulan, lampu panel di dalam LM menyala dan Aldrin berkata, “Contact light“. Saat LM mendarat di
permukaan, Aldrin berkata, “Okay.
Engine stop,” dan Armstrong berkata, “Shutdown“. Kata-kata pertama yang sengaja Armstrong lontarkan ke
Mission Control dan seluruh dunia dari permukaan bulan adalah, “Houston, Tranquility Base here. The
Eagle has landed“. Aldrin dan
Armstrong merayakannya dengan jabat tangan dan tepuk bahu singkat sebelum
kembali mengecek daftar tugas yang diperlukan untuk mempersiapkan modul bulan
lepas landas dari Bulan andai terjadi keadaan darurat pada masa-masa awal berada
di permukaan Bulan. Saat pendaratan kritis tersebut, satu-satunya pesan dari
Houston adalah “30 seconds”,
yang berarti jumlah bahan bakar tersisa. Ketika Armstrong mengkonfirmasi
pendaratan, Houston merasa khawatir saat pendaratan manual tersebut dengan mengatakan,
“You got a bunch of guys about to turn
blue. We’re breathing again”.
Pijakan pertama di Bulan
Meski
rencana penerbangan resmi NASA menyebutkan periode istirahat untuk awak sebelum
aktivitas luar kendaraan (EVA), Armstrong meminta agar EVA dipindahkan lebih
awal pada malam itu, waktu Houston.
Setelah Armstrong dan Aldrin bersiap keluar, Eagle dibebaskan dari tekanan, palka dibuka dan Armstrong turun
dari tangga duluan. Di bawah tangga, Armstrong berkata, “Aku akan keluar dari
LEM sekarang” (yang berarti Apollo Lunar Module). Ia kemudian berbalik dan
memijakkan sepatu kirinya di permukaan pada pukul 2:56 UTC, 21 Juli 1969, dan
mengucapkan kalimat terkenal, “That’s
one small step for [a] man, one giant leap for mankind.” (“Satu langkah
kecil bagi [seorang] manusia. Satu lompatan besar bagi umat manusia.”).
Armstrong
memutuskan melontarkan kalimat tersebut setelah berpikir sejak setelah
peluncuran dan beberapa jam setelah pendaratan. Penyiarannya tidak
memperdengarkan “a” sebelum “man”, sehingga memunculkan kontradiksi
frasa (karena man sinonim
dengan mankind). NASA dan
Armstrong bersikeras selama bertahun-tahun bahwa statis telah mengaburkan “a”,
ditambah Armstrong menyatakan bahwa ia tidak akan membuat kesalahan seperti
itu, tetapi setelah pemutaran rekaman berulang-ulang, Armstrong mengakui ia
mungkin lupa menyebut “a”. Armstrong kemudian berkata bahwa ia “berharap agar
sejarah memberinya ampun karena melupakan suku kata tersebut dan paham bahwa
memang sudah jalannya seperti itu, bahkan jika tidak dikatakan – meski bisa
saja benar-benar dikatakan”.
Armstrong di Bulan
Sudah
lama diklaim bahwa analisis akustik rekaman menguak keberadaan “a” yang hilang;
Peter Shann Ford, seorang programer komputer Australia, melakukan analisis
audio digital dan mengklaim bahwa Armstrong memang mengatakan “a man”, tetapi
“a”-nya tidak terekam karena keterbatasan teknologi komunikasi pada masa itu.
Ford dan James R. Hansen, biografer resmi Armstrong, memaparkan penemuan ini ke
Armstrong dan perwakilan NASA, yang melakukan analisis mereka sendiri.Artikel
Ford diterbitkan di situs web Ford alih-alih di jurnal ilmiah
tinjauan mitra, dan pakar
bahasa David Beaver dan Mark Liberman menyatakan
skeptisisme mereka atas klaim Ford melalui blog Language Log Meski
Armstrong menganggap analisis Ford “persuasif”, ia menyatakan lebih suka
kutipan tertulisnya menyertakan “a” dalam tanda kurung. Ketika Armstrong
melakukan proklamasinya, Voice of America disiarkan kembali langsung
melalui BBC
dan stasiun-stasiun lain di seluruh dunia. Perkiraan penonton global mencapai
450 juta orang, dari total populasi dunia 3,631 miliar jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar